Apa Perbedaan Antara Air Distilasi (Air Suling) dengan Air Deionisasi?
Air tentu sangat penting bagi kehidupan manusia. Air juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan adanya kehidupan di muka bumi ini. Kita diaunjrkan untuk meminum air sebanyak 8 gelas sehari dengan tujuan agar proses dalam tubuh kita dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Sumber air, terutama di negara kita tentu sangat banyak sekali. Ada air sungai, air kran, air sumur, air hujan dan lain – lain. Umumnya air dari sumber – sumber ini bisa kita konsumsi setelah dimasak.
Kalian yang pernah masuk dan melakukan praktikum juga akan menemukan bahwa air merupakan salah satu senyawa yang penting yang dibutuhkan untuk bergabai prosedur kerja. Salah satu nya adalah air digunakan sebagai pelarut berbagai macam zat, mengubah zat padat menjadi larutan atau mengencerkan zat yang pekat menjadi konsentrasi yang kita inginkan.
Air dari sumber – sumber yang telah disebutkan diatas, ternyata tidaklah cocok untuk keperluan percobaan di laboratorium, pembuatan larutan atau untuk mengkalibrasi dan membersihkan alat – alat labor. Untuk keperluan laboratorium, kita harus memurnikan air terlebih dahulu yang artinya air hanya mengandung molekul H2O saja.
Beberapa metode yang sering digunakan untuk memurnikan air adalah metode “reverse osmosis” atau RO, destilasi dan deionisasi.
Metode permurnian dengan destilasi hampir mirip dengan deionisasi yaitu pada prinsipnya adalah menghilangkan ion – ion yang terlarut dalam air. tetapi air yang dihasilkan dari proses destilasi (disebut dengan air suling) sangatlah berbeda dengan air yang dihasilkan dari proses deionisasi (air deionisasi). Kedua air ini memiliki kegunaan masing – masing yang tidak dapat saling digantikan.
Nah marilah kita lihat apa perbedaan antara air destilasi dengan air deionisasi melalui penjelasan berikut ini!
Air Destilasi (Air Suling)
Air suling adalah salah satu jenis air demineralisasi yang dimurnikan dengan menggunakan metode destilasi. Sumber air yang akan dimurnikan lewat metode destilasi bisa berupa air ledeng, air sungai dan lain lain, tetapi yang paling paling sering digunakan biasanya adalah air dari sumber mata air.
Biasanya, air ini akan dididihkan dan uap air yang terbentuk dikumpulkan kemudian dikondensai kembali menghasilkan air suling. Kebanyakan mineral dan zat pengotor lain yang ada dalam air akan tertinggal setelah proses penguapan sehingga akan dihasilkan air yang murni.
Namun yang perlu diingat adalah bahwa kadang ada air yang mengandung zat – zat organik yang bersifat volatil (mudah menguap) dan titik didihnya lebih kecil dibandingkan air. Sehingga ketika proses penguapan air, tidak hanya molekul H2O saja yang menguap, tetapi juga zat – zat organik volatil ini.
Umumnya, pemurnian air dengan metode destilasi akan membebaskan air dari molekul garam (ion – ionnya) dan juga partikel – partikel padat.
Air Deionisasi
Air deionisasi dibuat dengan cara mengalirkan air keran, air dari sumber mata air atau bahkan air suling melalui resin bermuatan listrik. Biasanya tempat pertukaran campuran ion baik yang positif maupun yang negatif digunakan. Kation dan anion (ion – ion pengotor) dari dalam air akan bertukar dengan dengan ion H+ dan OH- dari resin, sehingga air nya didapatkan murni dari ion – ion.
Air deionisasi bersifat reaktif sehingga sifatnya mulai berubah segera setelah terpapar udara. Air deioniasi memiliki pH = 7 saat pertama kali dimurnikan, namun ketika berkondak dengan udara, air yang reaktif akan bereaksi dengan CO2 membentuk asam karbonat (H2CO3) yang terion menjadi H+ dan HCO3- sehingga membuat pH air berubah menjadi 5,6.
Air yang dimurnikan melalui metode deionisasi tidak dapat membuang partikel pengotor berupa molekul seperti gula atau senyawa organik tidak bermuatan, karena tidak bisa di tukar oleh resin.
Penggunaan Air Suling dan Air Deionisasi di Laboratorium
Air suling yang dihasilkan dari pemurnian menggunakan destilasi umumnya cocok digunakan untuk berbagai kegiatan laboratorium seperti :
1. sebagai pelarut untuk membuat berbagai macam larutan
2. analisis kimia
3. larutan standar yang sudah dikalibrasi
4. membersihkan alat – alat kaca praktikum
5. membuat air dengan tingkat kemurnian yang tinggi
Sementara air deionisasi memiliki kemurnian yang bergantung pada sumber air yang digunakan. Umumnya air deionisasi digunakan untuk :
1. otoklaf mikrobiologi
2. banyak eksperimen kimia yang mengunakan senyawa – senyawa ionik
3. sebagai pelarut untuk membuat larutan
4. membersihkan alat – alat kaca laboratorium
5. analisis kimia
6. larutan standar
7. digunakan dalam baterai.
Untuk praktikum – praktikum yang dilakukan di ruangan terbuka dimana memungkinkan air berkontak dengan udara dalam waktu lama, sepertinya air suling lebih cocok digunakan.
Bolehkah Kita Mengkonsumsi Air Suling dan Air Deionisasi
Dari sifat – sifatnya tadi dapat kita ketahui bahwa tidak disarankan untuk mengkonsumsi air yang didapatkan dari metode destilasi ataupun ionisasi karena kedua air ini tidak/hanya sedikit mengandung mineral terlarut didalamnya. sebenarnya salah satu tujuan kita minum adalah untuk mendapatkan mineta – mineral terlarut dalam air.
Air suling masih boleh diminum walaupun manfaatnya bagi tubuh tidaklah besar. Tetapi, air deionisasi tidak boleh diminum. Hal ini disebabkan karena air ini bersifat korosif (membentuk H2CO3 jika berkontak dengan udara), sehingga dapat membuat mineral gigi larut dan membuatnya keropos atau dapat merusak jaringan – jaringan lunak.
Alasan lain adalah karena air yang dimurnikan melalui metode deionisasi tidak dapat mengeluarkan molekul – molekul organik. Mungkin saja jika sumber airnya mengandung patogen (virus, bakteri, dll), tentu akan sangat membahayakan bagi tubuh.
Nah, sekian informasi tentang perbedaan antara air suling dengan air deionisasi. Tentunya ilmu kalian juga semakin bertambah banyak bukan! Jika kalian suka artikel ini, jangan lupa dibagikan ya!
Sumber air, terutama di negara kita tentu sangat banyak sekali. Ada air sungai, air kran, air sumur, air hujan dan lain – lain. Umumnya air dari sumber – sumber ini bisa kita konsumsi setelah dimasak.
Kalian yang pernah masuk dan melakukan praktikum juga akan menemukan bahwa air merupakan salah satu senyawa yang penting yang dibutuhkan untuk bergabai prosedur kerja. Salah satu nya adalah air digunakan sebagai pelarut berbagai macam zat, mengubah zat padat menjadi larutan atau mengencerkan zat yang pekat menjadi konsentrasi yang kita inginkan.
Air dari sumber – sumber yang telah disebutkan diatas, ternyata tidaklah cocok untuk keperluan percobaan di laboratorium, pembuatan larutan atau untuk mengkalibrasi dan membersihkan alat – alat labor. Untuk keperluan laboratorium, kita harus memurnikan air terlebih dahulu yang artinya air hanya mengandung molekul H2O saja.
Beberapa metode yang sering digunakan untuk memurnikan air adalah metode “reverse osmosis” atau RO, destilasi dan deionisasi.
Metode permurnian dengan destilasi hampir mirip dengan deionisasi yaitu pada prinsipnya adalah menghilangkan ion – ion yang terlarut dalam air. tetapi air yang dihasilkan dari proses destilasi (disebut dengan air suling) sangatlah berbeda dengan air yang dihasilkan dari proses deionisasi (air deionisasi). Kedua air ini memiliki kegunaan masing – masing yang tidak dapat saling digantikan.
Nah marilah kita lihat apa perbedaan antara air destilasi dengan air deionisasi melalui penjelasan berikut ini!
Air Destilasi (Air Suling)
Air suling adalah salah satu jenis air demineralisasi yang dimurnikan dengan menggunakan metode destilasi. Sumber air yang akan dimurnikan lewat metode destilasi bisa berupa air ledeng, air sungai dan lain lain, tetapi yang paling paling sering digunakan biasanya adalah air dari sumber mata air.
Biasanya, air ini akan dididihkan dan uap air yang terbentuk dikumpulkan kemudian dikondensai kembali menghasilkan air suling. Kebanyakan mineral dan zat pengotor lain yang ada dalam air akan tertinggal setelah proses penguapan sehingga akan dihasilkan air yang murni.
Namun yang perlu diingat adalah bahwa kadang ada air yang mengandung zat – zat organik yang bersifat volatil (mudah menguap) dan titik didihnya lebih kecil dibandingkan air. Sehingga ketika proses penguapan air, tidak hanya molekul H2O saja yang menguap, tetapi juga zat – zat organik volatil ini.
Umumnya, pemurnian air dengan metode destilasi akan membebaskan air dari molekul garam (ion – ionnya) dan juga partikel – partikel padat.
Air Deionisasi
Air deionisasi dibuat dengan cara mengalirkan air keran, air dari sumber mata air atau bahkan air suling melalui resin bermuatan listrik. Biasanya tempat pertukaran campuran ion baik yang positif maupun yang negatif digunakan. Kation dan anion (ion – ion pengotor) dari dalam air akan bertukar dengan dengan ion H+ dan OH- dari resin, sehingga air nya didapatkan murni dari ion – ion.
Air deionisasi bersifat reaktif sehingga sifatnya mulai berubah segera setelah terpapar udara. Air deioniasi memiliki pH = 7 saat pertama kali dimurnikan, namun ketika berkondak dengan udara, air yang reaktif akan bereaksi dengan CO2 membentuk asam karbonat (H2CO3) yang terion menjadi H+ dan HCO3- sehingga membuat pH air berubah menjadi 5,6.
Air yang dimurnikan melalui metode deionisasi tidak dapat membuang partikel pengotor berupa molekul seperti gula atau senyawa organik tidak bermuatan, karena tidak bisa di tukar oleh resin.
Penggunaan Air Suling dan Air Deionisasi di Laboratorium
Air suling yang dihasilkan dari pemurnian menggunakan destilasi umumnya cocok digunakan untuk berbagai kegiatan laboratorium seperti :
1. sebagai pelarut untuk membuat berbagai macam larutan
2. analisis kimia
3. larutan standar yang sudah dikalibrasi
4. membersihkan alat – alat kaca praktikum
5. membuat air dengan tingkat kemurnian yang tinggi
Sementara air deionisasi memiliki kemurnian yang bergantung pada sumber air yang digunakan. Umumnya air deionisasi digunakan untuk :
1. otoklaf mikrobiologi
2. banyak eksperimen kimia yang mengunakan senyawa – senyawa ionik
3. sebagai pelarut untuk membuat larutan
4. membersihkan alat – alat kaca laboratorium
5. analisis kimia
6. larutan standar
7. digunakan dalam baterai.
Untuk praktikum – praktikum yang dilakukan di ruangan terbuka dimana memungkinkan air berkontak dengan udara dalam waktu lama, sepertinya air suling lebih cocok digunakan.
Bolehkah Kita Mengkonsumsi Air Suling dan Air Deionisasi
Dari sifat – sifatnya tadi dapat kita ketahui bahwa tidak disarankan untuk mengkonsumsi air yang didapatkan dari metode destilasi ataupun ionisasi karena kedua air ini tidak/hanya sedikit mengandung mineral terlarut didalamnya. sebenarnya salah satu tujuan kita minum adalah untuk mendapatkan mineta – mineral terlarut dalam air.
Air suling masih boleh diminum walaupun manfaatnya bagi tubuh tidaklah besar. Tetapi, air deionisasi tidak boleh diminum. Hal ini disebabkan karena air ini bersifat korosif (membentuk H2CO3 jika berkontak dengan udara), sehingga dapat membuat mineral gigi larut dan membuatnya keropos atau dapat merusak jaringan – jaringan lunak.
Alasan lain adalah karena air yang dimurnikan melalui metode deionisasi tidak dapat mengeluarkan molekul – molekul organik. Mungkin saja jika sumber airnya mengandung patogen (virus, bakteri, dll), tentu akan sangat membahayakan bagi tubuh.
Nah, sekian informasi tentang perbedaan antara air suling dengan air deionisasi. Tentunya ilmu kalian juga semakin bertambah banyak bukan! Jika kalian suka artikel ini, jangan lupa dibagikan ya!
Posting Komentar untuk "Apa Perbedaan Antara Air Distilasi (Air Suling) dengan Air Deionisasi?"