Technetium : Unsur Langka yang Punya Peranan Penting dalam Dunia Medis
Masyarakat berfikir bahwa ketika peneliti melakukan riset dan pengembangan terhadap sesuatu yang baru, hasilnya haruslah relevan dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Karena kebanyakan orang berfikir bahwa penemuan baru yang ditemukan, jika tidak memiliki manfaat besar bagi kehidupan manusia hanyalah akan menjadi ilmu biasa saja.
Tetapi pendapat itu tidak lah benar. Karena mungkin apa yang telah ditemukan sekarang mungkin akan sangat berguna di masa yang akan datang. Salah satu contohnya adalah penemuan laser.
Dulu, laser hanya digunakan oleh para ilmuan sebagai alat laboratorium dan penelitian – penelitian ilmiah. Orang tidak tahu apa kegunaanya dalam kehidupan masyarakat. Sampai akhirnya laser mulai digunakan sebagai alat bedah untuk melakukan operasi di rumah sakit yang banyak membantu masyarakat untuk mengobati penyakit.
Artinya penemuan apapun itu pasti berguna dalam kehidupan walaupun kegunaannya tidak tampak secara langsung.
Senasib dengan laser, technetium merupakan unsur terakhir yang ditemukan untuk mengisis kekosongan pada tabel periodik golongan VIIA. Orang – orang menganggap bahwa karena unsur ini sangat langka (jumlahnya sedikit) sehingga mungkin tidak banyak dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Tetapi siapa yang tahu ternyata technetium merupakan unsur yang sangat berguna dalam dunia medis.
Technetium berguna untuk melakukan diagnosis penyakit pada pasien lewat alat scan canggih yang ada di rumah sakit. Pasien yang akan didiagnosis, diinjeksikan technetium terlebih dahulu untuk dapat memunculkan gambar yang spesifik dari organ atau jaringan pasien yang diduga bermasalah.
Kenapa harus technetium? Kenapa tidak unsur yang lain? Alasannya adalah agar alat scan ini dapat memunculkan gambar yang jelas maka isotop yang harus digunakan adalah isotop yang memancarkan sinar gamma (γ).
Isotop ini harus memiliki waktu paruh yang pendek, sehingga ketika diinjeksikan ke tubuh pasien, radiasinya yang dipancarkan dapat dideteksi oleh detektor pada alat scan sehingga bisa menampilkan gambar organ – organ tubuh dengan resolusi yang tinggi tetapi peluruhannya terjadi dengan cepat sehingga tidak membahayakan bagi pasien. Kalian tahu bahwa sinar gamma adalah sinar peluruhan radioaktif dengan kekuatan paling besar sehingga jika berada lama dalam tubuh pasien, tentu akan merusak sel – sel tubuh dan menimbulkan penyakit lain.
Waktu paruh isotop technetium yang pendek ini ternyata juga menimbulkan sedikit masalah yaitu tidak bisa berada dalam bentuk isotopnya terlalu lama. Biasanya isotop technetium yang digunakan adalah 99Tc hanya memiliki waktu paruh 6 jam. Jika berada dalam bentuk isotop tersebut, maka dalam waktu 6 jam saja ia sudah meluruh dan berubah menjadi isotop baru, sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk keperluan scan dan diagnosis penyakit pasien.
Untuk itu biasanya isotop techentium di sediakan di rumah sakit dari hasil peluruhan isotop molibdenum (99Mo) yang memiliki waktu paruh 67 jam. Isotop molibdenum ada dalam bentuk ionnya yaitu MoO42- dan terserap pada permukaan kolom alumina (Al2O3).
Ketika larutan natrium klorida dilewatkan pada kolom, ion MoO42- akan berikatan dengan alumina dan terjadi peluruhan menghasilkan ion TcO4- yang mengandung isotop technetium. Ion yang mengandung isotop technetium ini akan ikut dengan larutan natrium klorida keluar dari kolom sementara ion MoO42- yang tidak meluruh akan tetap didalam kolom karena bersifat sukar larut.
Ion yang mengandung isotop technetium kemudian akan direaksikan dengan unsur – unsur tertentu membentuk senyawa kompleks. Misalnya ketika ion ini direaksikan dengan fosfat, maka akan terbentuk kompleks technetium fosfat yang mudah diserap oleh tulang dan biasanya digunakan untuk melihat ada atau tidaknya tumor tulang.
Alat scan yang canggih tentu akan membantu dokter memberikan diagnosis penyakit pasien lebih tepat sehingga penanganan terhadap penyakit akan jauh lebih baik dan efisien.
Tetapi pendapat itu tidak lah benar. Karena mungkin apa yang telah ditemukan sekarang mungkin akan sangat berguna di masa yang akan datang. Salah satu contohnya adalah penemuan laser.
Dulu, laser hanya digunakan oleh para ilmuan sebagai alat laboratorium dan penelitian – penelitian ilmiah. Orang tidak tahu apa kegunaanya dalam kehidupan masyarakat. Sampai akhirnya laser mulai digunakan sebagai alat bedah untuk melakukan operasi di rumah sakit yang banyak membantu masyarakat untuk mengobati penyakit.
Artinya penemuan apapun itu pasti berguna dalam kehidupan walaupun kegunaannya tidak tampak secara langsung.
Senasib dengan laser, technetium merupakan unsur terakhir yang ditemukan untuk mengisis kekosongan pada tabel periodik golongan VIIA. Orang – orang menganggap bahwa karena unsur ini sangat langka (jumlahnya sedikit) sehingga mungkin tidak banyak dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Tetapi siapa yang tahu ternyata technetium merupakan unsur yang sangat berguna dalam dunia medis.
Technetium berguna untuk melakukan diagnosis penyakit pada pasien lewat alat scan canggih yang ada di rumah sakit. Pasien yang akan didiagnosis, diinjeksikan technetium terlebih dahulu untuk dapat memunculkan gambar yang spesifik dari organ atau jaringan pasien yang diduga bermasalah.
Kenapa harus technetium? Kenapa tidak unsur yang lain? Alasannya adalah agar alat scan ini dapat memunculkan gambar yang jelas maka isotop yang harus digunakan adalah isotop yang memancarkan sinar gamma (γ).
Isotop ini harus memiliki waktu paruh yang pendek, sehingga ketika diinjeksikan ke tubuh pasien, radiasinya yang dipancarkan dapat dideteksi oleh detektor pada alat scan sehingga bisa menampilkan gambar organ – organ tubuh dengan resolusi yang tinggi tetapi peluruhannya terjadi dengan cepat sehingga tidak membahayakan bagi pasien. Kalian tahu bahwa sinar gamma adalah sinar peluruhan radioaktif dengan kekuatan paling besar sehingga jika berada lama dalam tubuh pasien, tentu akan merusak sel – sel tubuh dan menimbulkan penyakit lain.
Waktu paruh isotop technetium yang pendek ini ternyata juga menimbulkan sedikit masalah yaitu tidak bisa berada dalam bentuk isotopnya terlalu lama. Biasanya isotop technetium yang digunakan adalah 99Tc hanya memiliki waktu paruh 6 jam. Jika berada dalam bentuk isotop tersebut, maka dalam waktu 6 jam saja ia sudah meluruh dan berubah menjadi isotop baru, sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk keperluan scan dan diagnosis penyakit pasien.
Untuk itu biasanya isotop techentium di sediakan di rumah sakit dari hasil peluruhan isotop molibdenum (99Mo) yang memiliki waktu paruh 67 jam. Isotop molibdenum ada dalam bentuk ionnya yaitu MoO42- dan terserap pada permukaan kolom alumina (Al2O3).
Ketika larutan natrium klorida dilewatkan pada kolom, ion MoO42- akan berikatan dengan alumina dan terjadi peluruhan menghasilkan ion TcO4- yang mengandung isotop technetium. Ion yang mengandung isotop technetium ini akan ikut dengan larutan natrium klorida keluar dari kolom sementara ion MoO42- yang tidak meluruh akan tetap didalam kolom karena bersifat sukar larut.
Ion yang mengandung isotop technetium kemudian akan direaksikan dengan unsur – unsur tertentu membentuk senyawa kompleks. Misalnya ketika ion ini direaksikan dengan fosfat, maka akan terbentuk kompleks technetium fosfat yang mudah diserap oleh tulang dan biasanya digunakan untuk melihat ada atau tidaknya tumor tulang.
Alat scan yang canggih tentu akan membantu dokter memberikan diagnosis penyakit pasien lebih tepat sehingga penanganan terhadap penyakit akan jauh lebih baik dan efisien.
Posting Komentar untuk "Technetium : Unsur Langka yang Punya Peranan Penting dalam Dunia Medis"