Materi IPA Kelas 9 SMP – Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi dimulai ketika anak perempuan sudah masuk ke masa pubertas. Siklus ini merupakan siklus dimana organ reproduksi wanita menghasilkan sel telur untuk pembuahan (fertilisasi).
Selama siklus menstruasi, rahim (uterus = endometrium) akan mempersiapkan diri untuk melakukan implantasi sel telur yang sudah dibuahi atau jika ini pembuahan tidak terjadi, maka akan terjadi pembuangan lapisan rahim keluar tubuh. Peritiwa ini dikenal dengan menstuasi.
Rata – rata siklus menstruasi pada wanita terjadi setiap 28 – 35 hari sekali. Hari pertama dari siklus menstruasi akan dimulai dengan terjadinya pendarahan yang keluar dari organ reproduksi wanita (vagina). Pendarahan ini bisa berlangsung selama 3 – 7 hari. Siklus menstruasi berakhir tepat saat periode menstruasi berikutnya dimulai.
Siklus menstruasi diatur secara hati – hati oleh beberapa hormon yaitu :
1. Luteinizing Hormone (LH)
2. Follicle-Strimulating Hormone (FSH)
3. Esterogen
4. Progesteron
Esterogen dan progesteron merupakan hormon sek yang dimiliki oleh wanita.
Siklus menstruasi secara umum bisa dibagi menjadi tiga fase yaitu sebagai berikut:
Fase 1 – Fase Pembentukan Folikel
Fase ini dimulai pada hari pertama terjadiny pendarahan.
Aspek kunci dari fase ini adalah terjadinya perkembangan folikel di ovarium.
Pada awal fase pembentukan folikel (fase folikuler), lapisan rahim akan menebal akibat diisi oleh cairan dan nutrisi yang akan digunakan untuk memberi makan embrio setelah pembuahan. Tetapi jika tidak ada embrio, kadar hormon esterogen dan progesteron akan rendah sehingga menyebabkan terjadinya peluruhan lapisan tebal rahim tadi. Pada saat ini menstruasi sudah terjadi.
Kelenjer pituitary yang ada di otak akan meningkatakan produksi hormon perangsang folikel (FSH). Hormon ini merangsang pertumbuhan beberapa folikel yang masing – masing berisi sel telur untuk berkembang di ovarium.
Tingkat hormon FSH akan mulai menurun dan folikel mulai mengeluarkan hormon esterogen. Folikel yang berkembang pertama (disebut folikel dominan) adalah folikel yang mengeluarkan hormon esterogen terbanyak. Sekresi hormon esterogen oleh folikel dominan ini akan menekan perkembangan folikel lain.
Fase ini berlangsung sekitar 13 atau 14 hari. Fase ini akan berakhir ketika tingkat hormon luteinizing (LH) melonjak drastis
Fase 2 – Fase Ovulatori
Fase ini dimulai dengan adanya hormon luteinizing surge (LH surge). Tingkat dari hormon FSH akan menurun ketingkat yang lebih rendah.
LH merangsang enzim dalam folikel dominan dan seiring dengan meningkatnya tekanan, folikel akan pecah dan melepaskan sel telur. Saat ini terjadi peristiwa ovulasi.
Telur yang dilepaskan folikel dominan akan bergerak ke tuba falopi dan siap untuk dibuahi. Telur yang telah dilepaskan oleh folikel bisa bertahan selama 12 – 24 jam setelah ovulasi.
Lonjakan LH dapat dijadikan indikator kapan seorang wanita berada dalam masa subur. Setelah 12 sampai 24 jam massa ovulasi, lonjakan LH dapat dideteksi dengan mengukur kadarnya didalam urin.
Fase ini biasanya berlangsung selama 16 sampai 32 jam, dan berakhir saat sel telur dilepaskan.
Fase 3 – Fase Luteal
Fase ini dimulai setelah ovulasi dan berlangsung sekitar 14 hari dan berakhir saat periode menstruasi berikutnya dimulai.
Pada fase ini, telur bergerak di sepanjang tuba falopi. Sisa folikel yang pecah didalam ovarium akan tertutup kembali setelah melepaskan sel telur keluar. Sisa folikel ini kemudian akan emmbentuk struktur yang disebut dengan korpus luteum.
Korpus luteum mensekresikan sejumlah besar hormon esterogen dan progesteron dan mempersipakan rahim untuk pembuahan. Progesteron menyebabkan endometrium menebal, dan berisi cairan dan nutrisi yang akan digunakan untuk emmberi makan embrio.
Selain itu hormon progesteron juga menyebabkan lendir di leher rahim (serviks) menebal sehingga sel sperma laki – laki bisa masuk ke dalam rahim. Progesteron juga menyebabkan suhu tubuh akan meningkat sedikit selama fase luteal, dan tetap meningkat sampai periode menstruasi dimulai. Kenaikan suhu tubuh dapat dijadikan indikator untuk memprediksi apakah ovulasi sudah terjadi.
Tingkat LH dan FSH akan kembali rendah. Esterogen dan progesteron akan terus disekresikan oleh korpus luteum sehingga jumlahnya meningkat. Peningkatan kedua hormon ini akan emnyebabkan saluran susu di payudara membesar. Atau kadang payudara menjadi membesar dan lbih empuk.
Jika sel telur tidak dibuahi, maka korpus luteum akan menyusut dan meluruh setelah 14 hari. Telur yang tidak dibuahi juga akan mati dan keluar dari rahim berupa pendarahan. Pada saat ini terjadi, hormon esterogen dan progesteron akan kembali menurun.
Nah, itulah semua fase yang terjadi pada siklus menstruasi wanita. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kalian.
Selama siklus menstruasi, rahim (uterus = endometrium) akan mempersiapkan diri untuk melakukan implantasi sel telur yang sudah dibuahi atau jika ini pembuahan tidak terjadi, maka akan terjadi pembuangan lapisan rahim keluar tubuh. Peritiwa ini dikenal dengan menstuasi.
Rata – rata siklus menstruasi pada wanita terjadi setiap 28 – 35 hari sekali. Hari pertama dari siklus menstruasi akan dimulai dengan terjadinya pendarahan yang keluar dari organ reproduksi wanita (vagina). Pendarahan ini bisa berlangsung selama 3 – 7 hari. Siklus menstruasi berakhir tepat saat periode menstruasi berikutnya dimulai.
Siklus menstruasi diatur secara hati – hati oleh beberapa hormon yaitu :
1. Luteinizing Hormone (LH)
2. Follicle-Strimulating Hormone (FSH)
3. Esterogen
4. Progesteron
Esterogen dan progesteron merupakan hormon sek yang dimiliki oleh wanita.
Siklus menstruasi secara umum bisa dibagi menjadi tiga fase yaitu sebagai berikut:
Fase 1 – Fase Pembentukan Folikel
Fase ini dimulai pada hari pertama terjadiny pendarahan.
Aspek kunci dari fase ini adalah terjadinya perkembangan folikel di ovarium.
Pada awal fase pembentukan folikel (fase folikuler), lapisan rahim akan menebal akibat diisi oleh cairan dan nutrisi yang akan digunakan untuk memberi makan embrio setelah pembuahan. Tetapi jika tidak ada embrio, kadar hormon esterogen dan progesteron akan rendah sehingga menyebabkan terjadinya peluruhan lapisan tebal rahim tadi. Pada saat ini menstruasi sudah terjadi.
Kelenjer pituitary yang ada di otak akan meningkatakan produksi hormon perangsang folikel (FSH). Hormon ini merangsang pertumbuhan beberapa folikel yang masing – masing berisi sel telur untuk berkembang di ovarium.
Tingkat hormon FSH akan mulai menurun dan folikel mulai mengeluarkan hormon esterogen. Folikel yang berkembang pertama (disebut folikel dominan) adalah folikel yang mengeluarkan hormon esterogen terbanyak. Sekresi hormon esterogen oleh folikel dominan ini akan menekan perkembangan folikel lain.
Fase ini berlangsung sekitar 13 atau 14 hari. Fase ini akan berakhir ketika tingkat hormon luteinizing (LH) melonjak drastis
Fase 2 – Fase Ovulatori
Fase ini dimulai dengan adanya hormon luteinizing surge (LH surge). Tingkat dari hormon FSH akan menurun ketingkat yang lebih rendah.
LH merangsang enzim dalam folikel dominan dan seiring dengan meningkatnya tekanan, folikel akan pecah dan melepaskan sel telur. Saat ini terjadi peristiwa ovulasi.
Telur yang dilepaskan folikel dominan akan bergerak ke tuba falopi dan siap untuk dibuahi. Telur yang telah dilepaskan oleh folikel bisa bertahan selama 12 – 24 jam setelah ovulasi.
Lonjakan LH dapat dijadikan indikator kapan seorang wanita berada dalam masa subur. Setelah 12 sampai 24 jam massa ovulasi, lonjakan LH dapat dideteksi dengan mengukur kadarnya didalam urin.
Fase ini biasanya berlangsung selama 16 sampai 32 jam, dan berakhir saat sel telur dilepaskan.
Fase 3 – Fase Luteal
Fase ini dimulai setelah ovulasi dan berlangsung sekitar 14 hari dan berakhir saat periode menstruasi berikutnya dimulai.
Pada fase ini, telur bergerak di sepanjang tuba falopi. Sisa folikel yang pecah didalam ovarium akan tertutup kembali setelah melepaskan sel telur keluar. Sisa folikel ini kemudian akan emmbentuk struktur yang disebut dengan korpus luteum.
Korpus luteum mensekresikan sejumlah besar hormon esterogen dan progesteron dan mempersipakan rahim untuk pembuahan. Progesteron menyebabkan endometrium menebal, dan berisi cairan dan nutrisi yang akan digunakan untuk emmberi makan embrio.
Selain itu hormon progesteron juga menyebabkan lendir di leher rahim (serviks) menebal sehingga sel sperma laki – laki bisa masuk ke dalam rahim. Progesteron juga menyebabkan suhu tubuh akan meningkat sedikit selama fase luteal, dan tetap meningkat sampai periode menstruasi dimulai. Kenaikan suhu tubuh dapat dijadikan indikator untuk memprediksi apakah ovulasi sudah terjadi.
Tingkat LH dan FSH akan kembali rendah. Esterogen dan progesteron akan terus disekresikan oleh korpus luteum sehingga jumlahnya meningkat. Peningkatan kedua hormon ini akan emnyebabkan saluran susu di payudara membesar. Atau kadang payudara menjadi membesar dan lbih empuk.
Jika sel telur tidak dibuahi, maka korpus luteum akan menyusut dan meluruh setelah 14 hari. Telur yang tidak dibuahi juga akan mati dan keluar dari rahim berupa pendarahan. Pada saat ini terjadi, hormon esterogen dan progesteron akan kembali menurun.
Nah, itulah semua fase yang terjadi pada siklus menstruasi wanita. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kalian.
Posting Komentar untuk "Materi IPA Kelas 9 SMP – Siklus Menstruasi"