Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kronologi Lengkap Tentang Peristiwa Pemberontakan G30S/PKI

Berikut akan dijelaskan kronologi terjadinya pemberontakan G30S PKI tahun 1965 silam secara lengkap dan singkat.

Indonesia memasuki masa demokrasi terpimpin = 1959

Pada masa ini ⇒ kepemimpinan Indonesia dipegang oleh Presiden Soekarno secara utuh.
Pada waktu itu, PKI dan Angkatan Darat (AD) merupakan dua kelompok politik besar yang saling bersaing dan bertentangan satu dengan yang lain.

Soekarno ⇒ bertindak sebagai penengah diantara keduanya.

Contoh pertentangan diantara PKI dan AD:
Tahun 1960 ⇒ PKI menyampaikan kecaman terhadap kabinet dan tentara.

Ketika tentara bereaksi ⇒ Soekarno datang untuk mendamaikan sehingga masalah keduanya dianggap selesai.

Hal tersebut membuat hubungan Soekarno dan PKI menjadi dekat.

Tahun 1960 ⇒ Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI), dua partai pesaing PKI dibubarkan pemerintah. 

Akibatnya ⇒ PKI semakin giat memobilisasi masa dan memperbanyak anggota.

Partai partai lain seperti NU dan PNI juga dilumpuhkan pengaruhnya.

Tahun 1963:
Persaingan politik semakin panas. PKI dengan sikap ofensifnya berusaha mendesak untuk mendapatkan kekuasaan lebih, baik di desa maupun di kota.

Di pusat, PKI berusaha untuk masuk dalam kabinet karena merasa posisinya sudah cukup kuat.

Sekelompok cendekiawan anti PKI ⇒ mengeluarkan manifesto di bidang kebudayaan ⇒ yang berisi pernyataan bahwa kebudayaan Indonesia tidak boleh didominasi oleh suatu ideologi politik.

Lekra = Lembaga Kebudayaan Rakyat yang pro PKI = mengecam manifesto tersebut.

Presiden Soekarno pun setuju dengan kecaman Lekra sehingga manifesto kebudayaan itu dilarang oleh pemerintah.

Di daerah, PKI melancarkan suatu gerakan di bidang agraria yang disebut dengan kampanye aksi sepihak. 

Gerakan ini merupakan upaya mengambil alih tanah milik orang - orang kaya di desa secara paksa dan menolak sistem bagi hasil yang lama.

Akibatnya ⇒ muncul berbagai aksi protes di desa yang bahkan mengarah ke aksi radikal.

Para tuan tanah yang kebanyakan adalah seorang muslim yang taat dan pendukung NU menyebabkan PKI langsung berhadapan dengan partai tersebut.

Tahun 1964 = perlawanan terhadap aksi sepihak yang dilancarkan PKI semakin kuat dan bahkan menimbulkan tindak kekerasan.

Pada masa itu, hubungan PKI dan AD semakin memanas. Petinggi PKI sering melemparkan sindiran dan kritik pedas pada AD.

Awal tahun 1965, PKI mulai menyerang pejabat anti PKI dengan menuduh mereka sebagai kapitalis birokrat yang korup. 

Terjadi juga demonstrasi menuntut pembubaran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Pertengahan tahun 1965, kekuatan politik pusat sudah mulai bergeser ke kiri.

Januari 1965, PKI juga memberi usulan:
⇒ pembentukan angkatan bersenjata 5 selain AD-AU-AL-Polisi, yaitu petani dan buruh. 

Usulan ini membuat suasana politik ibu kota semakin keruh.

Petinggi militer menganggap bahwa usulan tersebut bermuara pada dominasi PKI yang ingin membentuk pemerintahan komunis yang pro RRC di Indonesia.

Namun, usulan tersebut kemudian memang tidak terealisasi.

PKI kemudian menghembuskan kabar bahwa dalam tubuh AD terdapat Dewan Jenderal yang hendak melakukan kudeta. Kabar ini berdasarkan dokumen Gilchrist yang ditandatangani oleh duta besar Inggris untuk Indonesia. 

Isi dokumen tersebut adalah:
Adanya rencana AS-Ingris untuk melakukan kudeta dibantu dengan Local Friend (oknum tentara AD Indonesia).

Kebenaran dokumen tersebut kemudian diragukan dan Jenderal Ahmad Yani menyanggah tuduhan PKI.

Tahun 1965 ini juga terjadi peristiwa Bandar Betsy di Sumatera Utara dimana seorang bernama Pelda Sujono yang ingin menghentikan pengambilan paksa tanah perkebunan tewas dibunuh sekelompok orang dari BTI.

Jenderal Ahmad Yani menuntut agar pihak yang terlibat dalam peristiwa Bandar Betsy untuk diadili. Pernyataan Ahmad Yani ini kemudian didukung oleh berbagai macam organisasi Islam, Protestan, maupun Katolik.

Selain itu:
PKI juga berusaha mengambil paksa tanah Wakaf Pondok Modern Gontor seluas 160 hektare.
Terjadi peristiwa Kanigoro, Kediri, dimana BTI membuat kacau peserta Mental Training Pelajar Islam Indonesia dan masuk tempat ibadah saat subuh tanpa melepas alas kaki yang penuh lumpur serta melecehkan Al-Quran.

Hal tersebut membuat kalangan Islam marah.

Kemudian,
Pada Juli 1965, Presiden Soekarno tiba-tiba jatuh sakit. 

D.N Aidit, pimpinan PKI, mendatangkan dokter Cina untuk memeriksa Soekarno. Ia memberi penjelasan bahwa Soekarno berkemungkinan meninggal atau lumpuh.
Oleh karena itu, pada rapat Paliboro, PKI memutuskan untuk bergerak.

Dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung (Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa/Pasukan pengawal presiden), pasukan pendukung G30S/PKI dibagi menjadi tiga kelompok:
Komando Penculikan dan Penyergapan (Paspopati), pimpinan: Letnan Satu Dul Arif.
Komando Penguasaan Kota (Bimasakti), pimpinan: Kapten Suradi.
Komando Basis Gerakan (Gatotkaca), pimpinan: Mayor Udara Gatot Sukresno.

Pasukan Pendukung G30S/PKI :
Yon 454/Divisi Diponegoro
Yon 530/Divisi Brawijaya
PGT-AURI
Brigif I Kodam Jaya
Sukwan - Sukwati
Pemuda Rakyat
Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI)

PKI melaksanakan Gerakan 30 September dengan menculik dan membunuh para Jenderal dan perwira AD di pagi buta tanggal 1 Oktober 1965.

Jenazah korban kemudian dimasukkan ke dalam sumur tua di desa Lubang Buaya, Jakarta yang terletak di sebelah selatan Bandara Halim Perdana Kusuma.

Mereka yang dibunuh adalah:
  1. Letnan Jenderal Ahmad Yani (menteri/Panglima AD)
  2. Mayor Jenderal S.Parman
  3. Mayor Jenderal Soeprapto
  4. Mayor Jenderal MT.Haryono 
  5. Brigadir Jenderal D.I Panjaitan 
  6. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo 
  7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean. 
Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari upaya penculikan. Namun anaknya, Ade Irma Suryani menjadi korban.

Di Yogyakarta, tanggal 30 September juga terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap perwira AD yang anti PKI yaitu :
Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono.

Penumpasan Pemberontakan
Dalam situasi tak menentu ⇒ Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad)  Mayor Jenderal Soeharto mengambil alih pimpinan AD ⇒ karena Jenderal A.H Nasution belum diketahui keberadaannya.

Mayor Jenderal Soeharto memimpin sejumlah operasi penumpasan G30S PKI. 

Setelah stasiun radio RRI berhasil direbut kembali, Mayor Jenderal Soeharto menyampaikan pengumuman kepada rakyat:

  1. Telah terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Gerakan 30 September PKI. 
  2. Presiden Soekarno dan Jenderal A.H Nasution dalam keadaan sehat. 
  3. Situasi di Jakarta aman terkendali. 

Langkah selanjutnya ⇒ merebut Bandara Halim Perdana Kusuma yang dijadikan basis gerakan oleh pemberontak ⇒ oleh pasukan RPKAD.

Kemudian, dilakukan pengumpulan bukti bukti dan menemukan fakta bahwa ⇒ PKI terlibat dalam pemberontakan.

Oleh karena itu, dimulailah operasi pengejaran anggota PKI seperti:
Operasi Merapi Jawa Tengah, Pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
Operasi Trisula Blitar, pimpinan Kolonel Muh Yasin dan Kolonel Watermin.

Pada operasi di Tegal ⇒ Letkol Untung berhasil ditangkap.
Pimpinan PKI ⇒ DN Aidit tewas tertembak di daerah Boyolali

Para tokoh PKI lain yang tertangkap diadili dan beberapa diantara mereka dihukum mati.

Nah itulah kronologi lengkap tentang pemberontakan yang dilakukan oleh Gerakan 30 September PKI. Semoga informasi ini bermanfaat bagi kamu yang telah berkunjung ke blog saya. Terima kasih.

Posting Komentar untuk "Kronologi Lengkap Tentang Peristiwa Pemberontakan G30S/PKI "