Harga Mahal Harus Kita Bayar akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil
Jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 menurut Badan Pusat Statistik adalah 257,9 juta jiwa dimana 182 juta lebih adalah orang dewasa (memiliki KTP). Sedangkan menurut Kepala Korps Polisis Lalu Lintas Polri, populasi jumlah kendaraan di seluruh wilayah Indonesia adalah 124.348.224 unit. Artinya hampir setiap orang dewasa di Indonesia memiliki kendaraan bermotor.
Kendaraan ini, baik mobil maupun motor menggunakan bahan bakar fossil sebagai sumber energi. Kendaraan membantu manusia melalukan pekerjaan yang lebih cepat dan efisien. Bayangkan jika tidak ada kendaraan, betapa susahnya petani membawa hasil ladang kepasar untuk dijual.
Namun, apapun pasti memiliki dua sisi yang berlwanan. Disatu sisi, penggunaan bahan bakar fossil untuk kendaraan memiliki nilai positif, tetapi ia juga memiliki dampak negatif. Dampak ini kian lama makin terasa dan mengganggu manusia. Di Cina saja, gas karbondioksida yang diemisikan keatmosfher dari hasil pembakaran bahan bakar fossil adalah sekitar 45 juta ton.
Apakah gas CO2 yang diemisikan itu tetap berada di Cina saja? Jawabannya tentulah tidak. Gas ini juga berdampak pada negara - negara lain disekitarnya. Memperburuk kondisi lingkungan sehingga tidak baik buat kesehatan.
Dulu waktu kecil, tidak pernah mendengar tentang Global Warming, Efek rumah kaca dan istilah aneh lainnya. Tetapi sekarang, orang - orang pasti sudah sangat familiar dengan istilah-istilah itu, terutama orang - orang yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Bahkan masalah Global Warming dan efek rumah kaca tidak hanya menjadi perhatian masyarakat, tetapi juga ilmuan, pemerintah bahkan dunia.
Hal ini menandakan bahwa sungguh salah satu dampak pembakaran bahan bakar fosil oleh jutaan orang didunia mulai menunjukkan giginya. Jika tidak dicegah, maka suatu hari nanti akan entah apa yang akan terjadi pada bumi dan Indonesia kita tercinta ini.
Kita harus sadar mulai dari sekarang. Bagaimana caranya? Yang termudah adalah dengan mencari informasi tentang bahaya gas emisi pembakaran bahan bakar fossil ini. Diharapkan dengan tahu, kita jadi sadar bahwa hal sederhana yang kita lakukan ternyata tidak baik buat bumi, lingkungan sekitar dan diri kita sendiri.
Global Warming akibat pembakaran bahan bakar fossil.
Global Warming disebabkan oleh emisi beberapa gas yang terkait dengan pembakaran bahan bakar fosil. Gas yang paling besar pengaruhnya untuk menimbulkan Global Warming adalah CO2. Di Amerika, sekitar 78 % global warming yang terjadi disebabkan oleh gas CO2.
Gas CO2 adalah gas yang dapat menahan panas matahari untuk tidak terpantul ke angkasa. Akibatnya panas ini tetap berada dipermukaan bumi dan umum disebut sebagai efek rumah kaca. Dampaknya adalah terjadinya kenaikan suhu permukaan bumi yang membuat beberapa daerah kepanasan, kekeringan, es dikutub mencair, naiknya permukaan laut, tenggelamnya pulau - pulau kecil dan bahkan mengancam menengelamkan pulau-pulau besar.
Setiap tahunnya akibat global warming, permukaan air laut naik beberapa sentimeter, sedangkan daratan tetap atau bahkan cenderung menurun. Bukan hal tidak mungkin suatu hari nanti air laut meluap ke dataran. Sudah ada contohnya kok yaitu banjir rob. Dulu banjir ya meluapnya air sungai, danau atau waduk. Sekarang ada banjir rob yaitu meluapnya air laut.
Dampak selanjutnya dar emisi gas hasil pembakaran bahan bakar fossil adalah polusi udara. Gas polutan seperti SO2 dan NOx adalah yang perlu diwaspadai.
Gas SO2 yang dilepaskan ke atmosfer dapat menyebabkan terjadinya hujan asam dan pembentukan partikel - partikel berbahaya. Gas SO2 juga dapat memperburuk penyakit-penyakit pernapasan seperti asam, hidung tersumbat dan radang paru-paru.
Emisi gas NOx juga dapat menyebabkan terjadinya hujan asam dan dan timbulnya asap yang dapat membakar jaringan paru-paru, membuat orang lebih rentan terhadap penyakit asma, bronkitis dan penyakit pernapasan kronis lainnya.
Jika kedua gas ini bercampur didalam air dengan oksigen dan unsur kimia lainnya di atmosfer maka terjadilah hujan asam. Hujan asam yang ditimbulkan juga menghasilkan endapan - endapan yang membuat tanah, danau, dan sumber air lainnya menjadi sangat asam. Tanah dan air yang bersifat asam tidak akan bisa digunakan lagi.
Beberapa penilitian menunjukkan berapa harga yang harus kita bayar terkait dengan pmbakaran bahan bakar fosil yang berlebihan. Menurut The National Academy of Science, sekitar 18 miliar USD (23,4 Triliun rupiah) yang sudah dikeluarkan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh emisi gas pembakaran bahan bakar fossil secara global. Dan diprediksi jumlahnya akan bertambah besar ditahun - tahun mendatang.
Sebuah penelitian tahun 2013 menunjukkan bahwa pembakaran bahan bakar fosil juga berdampak pada bidang ekonomi, termasuk penyakit, kematian dini, hari kerja yang hilang dan lain sebagainya. Dampak langsungnya adalah meningkatnya biaya perawatan terhadap penyakit dan ini diyaini terkait dengan emisi gas SO2 dan NOx.
Sebelum Indonesia menjadi negara dengan polusi parah, seharusnya kita sebagai penduduklah yang sadar sejak awal.Belajarlah dari Australia, negara tetangga kita yang merupakan negara dengan tingkat udara paling bersih no 3 didunia. Atau Singapura, negara yang sering kita kirimi asap, merupakan negara dengan udara terbersih no 4 didunia.
Jaga terus lingkungan ya......maka lingkungan akanmenjaga kita!
Kendaraan ini, baik mobil maupun motor menggunakan bahan bakar fossil sebagai sumber energi. Kendaraan membantu manusia melalukan pekerjaan yang lebih cepat dan efisien. Bayangkan jika tidak ada kendaraan, betapa susahnya petani membawa hasil ladang kepasar untuk dijual.
Namun, apapun pasti memiliki dua sisi yang berlwanan. Disatu sisi, penggunaan bahan bakar fossil untuk kendaraan memiliki nilai positif, tetapi ia juga memiliki dampak negatif. Dampak ini kian lama makin terasa dan mengganggu manusia. Di Cina saja, gas karbondioksida yang diemisikan keatmosfher dari hasil pembakaran bahan bakar fossil adalah sekitar 45 juta ton.
Apakah gas CO2 yang diemisikan itu tetap berada di Cina saja? Jawabannya tentulah tidak. Gas ini juga berdampak pada negara - negara lain disekitarnya. Memperburuk kondisi lingkungan sehingga tidak baik buat kesehatan.
Dulu waktu kecil, tidak pernah mendengar tentang Global Warming, Efek rumah kaca dan istilah aneh lainnya. Tetapi sekarang, orang - orang pasti sudah sangat familiar dengan istilah-istilah itu, terutama orang - orang yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Bahkan masalah Global Warming dan efek rumah kaca tidak hanya menjadi perhatian masyarakat, tetapi juga ilmuan, pemerintah bahkan dunia.
Hal ini menandakan bahwa sungguh salah satu dampak pembakaran bahan bakar fosil oleh jutaan orang didunia mulai menunjukkan giginya. Jika tidak dicegah, maka suatu hari nanti akan entah apa yang akan terjadi pada bumi dan Indonesia kita tercinta ini.
Kita harus sadar mulai dari sekarang. Bagaimana caranya? Yang termudah adalah dengan mencari informasi tentang bahaya gas emisi pembakaran bahan bakar fossil ini. Diharapkan dengan tahu, kita jadi sadar bahwa hal sederhana yang kita lakukan ternyata tidak baik buat bumi, lingkungan sekitar dan diri kita sendiri.
Global Warming akibat pembakaran bahan bakar fossil.
Global Warming disebabkan oleh emisi beberapa gas yang terkait dengan pembakaran bahan bakar fosil. Gas yang paling besar pengaruhnya untuk menimbulkan Global Warming adalah CO2. Di Amerika, sekitar 78 % global warming yang terjadi disebabkan oleh gas CO2.
Gas CO2 adalah gas yang dapat menahan panas matahari untuk tidak terpantul ke angkasa. Akibatnya panas ini tetap berada dipermukaan bumi dan umum disebut sebagai efek rumah kaca. Dampaknya adalah terjadinya kenaikan suhu permukaan bumi yang membuat beberapa daerah kepanasan, kekeringan, es dikutub mencair, naiknya permukaan laut, tenggelamnya pulau - pulau kecil dan bahkan mengancam menengelamkan pulau-pulau besar.
Setiap tahunnya akibat global warming, permukaan air laut naik beberapa sentimeter, sedangkan daratan tetap atau bahkan cenderung menurun. Bukan hal tidak mungkin suatu hari nanti air laut meluap ke dataran. Sudah ada contohnya kok yaitu banjir rob. Dulu banjir ya meluapnya air sungai, danau atau waduk. Sekarang ada banjir rob yaitu meluapnya air laut.
Dampak selanjutnya dar emisi gas hasil pembakaran bahan bakar fossil adalah polusi udara. Gas polutan seperti SO2 dan NOx adalah yang perlu diwaspadai.
Polusi udara di jalanan di kota Jakarta. Sumber gambar : gnaskah.blogspot.co.id |
Emisi gas NOx juga dapat menyebabkan terjadinya hujan asam dan dan timbulnya asap yang dapat membakar jaringan paru-paru, membuat orang lebih rentan terhadap penyakit asma, bronkitis dan penyakit pernapasan kronis lainnya.
Jika kedua gas ini bercampur didalam air dengan oksigen dan unsur kimia lainnya di atmosfer maka terjadilah hujan asam. Hujan asam yang ditimbulkan juga menghasilkan endapan - endapan yang membuat tanah, danau, dan sumber air lainnya menjadi sangat asam. Tanah dan air yang bersifat asam tidak akan bisa digunakan lagi.
Beberapa penilitian menunjukkan berapa harga yang harus kita bayar terkait dengan pmbakaran bahan bakar fosil yang berlebihan. Menurut The National Academy of Science, sekitar 18 miliar USD (23,4 Triliun rupiah) yang sudah dikeluarkan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh emisi gas pembakaran bahan bakar fossil secara global. Dan diprediksi jumlahnya akan bertambah besar ditahun - tahun mendatang.
Sebuah penelitian tahun 2013 menunjukkan bahwa pembakaran bahan bakar fosil juga berdampak pada bidang ekonomi, termasuk penyakit, kematian dini, hari kerja yang hilang dan lain sebagainya. Dampak langsungnya adalah meningkatnya biaya perawatan terhadap penyakit dan ini diyaini terkait dengan emisi gas SO2 dan NOx.
Sebelum Indonesia menjadi negara dengan polusi parah, seharusnya kita sebagai penduduklah yang sadar sejak awal.Belajarlah dari Australia, negara tetangga kita yang merupakan negara dengan tingkat udara paling bersih no 3 didunia. Atau Singapura, negara yang sering kita kirimi asap, merupakan negara dengan udara terbersih no 4 didunia.
Jaga terus lingkungan ya......maka lingkungan akanmenjaga kita!
Posting Komentar untuk "Harga Mahal Harus Kita Bayar akibat Pembakaran Bahan Bakar Fosil"