Apa Itu Teori Phlogiston?
Kalian tentu sudah tahu bahwa ilmu pengetahuan itu selalu berkembang bukan. Mulai dari ilmu yang sederhana, sampai ditemukan ilmu – ilmu tanpa cacat seperti yang kita pelajari sekarang.
Salah satu yang menarik untuk kita ketahui bersama adalah teori – teori yang menjelaskan tentang reaksi pembakaran. Sekarang kita sudah tahu bahwa reaksi pembakaran itu melibatkan oksigen yang ada di udara. Tanpa adanya oksigen mustahil reaksi pembakaran terjadi.
Ilmu diatas sudah benar adanya dan tentunya sudah banyak dibuktikan oleh orang melalui berbagai macam eksperimen. Kamu tidak perlu ragu lagi untuk mempelajarinya. Kamu juga bisa membuktikan sendiri lo melalui percobaan membuktikan bahwa reaksi pembakaran memang melibatkan oksigen berikut. Klik saja link nya!
Tetapi tahukah kamu sebelum fakta diatas terungkap, ada teori yang sangat populer dan dipercayai oleh banyak ahli kimia dahulunya tentang reaksi pembakaran yang disebut dengan teori phlogiston (flogiston). Ini merupakan teori kuno tentang reaksi pembakaran yang sangat menarik untuk kita pelajari, terutama kekeliruan dalam teorinya.
Bacalah penjelasan dibawah ini.
Apa itu phlogiston?
Dalam teori phlogiston dikatakan bahwa benda apa saja yang bisa terbakar mengandung zat yang mirip dengan api yang disebut dengan phlogiston. Phlogiston ini akan dilepaskan ke udara saat reaksi pembakaran terjadi.
Oleh karena phlogiston yang terkandung dalam bahan yang dibakar dilepaskan ke udara selama reaksi pembakaran, maka massa zat setelah reaksi akan jauh lebih kecil dibandingkan massa zat sebelum reaksi pembakaran terjadi. Fakta ini sepertinya benar adanya.
Contohnya adalah pada reaksi pembakaran kayu. Kayu adalah bahan yang mudah terbakar dan pastinya mengandung banyak sekali partikel phlogiston (menurut teori ini). Kayu sebelum dibakar tentu memiliki massa yang besar.
Ketika reaksi pembakaran terjadi, phlogiston dalam kayu akan dilepaskan ke udara dalam jumlah yang besar. Akibatnya, massa kayu berkurang. Hasil pembakaran berupa arang memang memiliki massa yang jauh lebih kecil dibandingkan massa kayu semula.
Nah, berdasarkan fakta inilah ahli kimia pendukung teori ini berkesimpulan bahwa phlogiston itu adalah partikel nyata dan memang ada dalam bahan apapun yang bisa dibakar.
Siapa ahli kimia yang mengemukakan teori ini?
Phlogiston berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah “terbakar”. Orang pertama yang menggunakan istilah ini adalah seorang ahli kimia Jerman bernama Johann Joachim Becher dalam bukunya yang berjudul “Physica Subterranea”.
Dalam bukunya tersebut ia menjelaskan bahwa bahan apa saja yang mudah terbakar mengandung partikel yang disebutnya “terra pinguis”. Kemudian istilah “terra pinguis” ini diganti oleh ahli kimia Jerman lainnya yang bernama George Ernst Stahl dengan “phlogiston”.
Sejak dipublikasikan, teori ini menjadi sangat terkenal ke seluruh dunia. Banyak ahli kimia yang mempercayainya karena teori ini didukung oleh fakta seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Kenapa teori ini terbukti tidak benar?
Walaupun dipercayai oleh banyak ahli kimia, tetapi teori phlogiston ternyata tidak bisa diterapkan untuk menjelaskan berbagai fenomena dalam reaksi pembakaran. Salah satunya adalah reaksi pembakaran magnesium.
Ketika logam magnesium dibakar, ternyata massa zat setelah reaksi jauh lebih besar dibandingkan massa zat sebelum reaksi. Fakta ini tentunya sangat bertentangan dengan apa yang dikemukakan dalam teori phlogiston.
Ahli kimia pendukung teori phlogiston bersatu padu untuk menjelaskan fakta ini. Mereka tentu tidak mau teori ini jatuh dan terbukti tidak benar. Mereka mengatakan bahwa ada partikel phlogiston yang bermassa negatif sehingga ketika reaksi pembakaran terjadi, massa zat bukannya berkurang tetapi malah bertambah.
Tetapi tetap tidak ada bukti pasti yang bisa mereka tunjukkan agar pendapat tersebut dapat dipercayai.
Kemudian datanglah seorang ahli kimia bernama Antoine-Laurent Lavoisier yang akhirnya meruntuhkan kejayaan teori phlogiston. Ia menjadi terkenal ke seluruh dunia dan menjadi bapak kimia modern, karena berhasil menjelaskan fakta tentang reaksi pembakaran melalui percobaan.
Bagaimana Lavoisier menjelaskan tentang reaksi pembakaran?
Menurut Lavoisier, reaksi pembakaran adalah reaksi yang melibatkan gas oksigen. Oksigen, walaupun berwujud gas ternyata juga memiliki massa tertentu dan dapat diukur jika kita masukkan ke dalam ruang tertutup.
Oleh karena magnesium mengikat sejumlah oksigen yang ada di udara, maka massa nya menjadi bertambah. Jika awalnya kita sudah mengetahui bahwa reaksi pembakaran magnesium juga melibatkan oksigen, maka massa zat sebelum reaksi akan sama dengan massa zat setelah reaksi.
Fakta ini akhirnya dirumuskan Lavoisier dalam hukumnya kekekalan massa miliknya. Jika kalian ingin mengetahui lebih lanjut tentang hukum ini baca disini ya.
Kesimpulan
Setelah bertahan lebih dari satu abad, akhirnya terbukti sudah bahwa teori phlogiston yang dikemukakan oleh JJ Becher tidaklah benar. Nah begitulah ilmu pengetahuan teman – teman, yang selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Teori lama yang memiliki banyak kelemahan akan digantikan oleh teori baru yang menyempurnakan.
Kalian juga bisa lo jadi ahli kimia dengan teori sendir. Makanya rajin – rajinlah belajar dan baca terus artikel di blog avkimia.com ya!
Salah satu yang menarik untuk kita ketahui bersama adalah teori – teori yang menjelaskan tentang reaksi pembakaran. Sekarang kita sudah tahu bahwa reaksi pembakaran itu melibatkan oksigen yang ada di udara. Tanpa adanya oksigen mustahil reaksi pembakaran terjadi.
Ilmu diatas sudah benar adanya dan tentunya sudah banyak dibuktikan oleh orang melalui berbagai macam eksperimen. Kamu tidak perlu ragu lagi untuk mempelajarinya. Kamu juga bisa membuktikan sendiri lo melalui percobaan membuktikan bahwa reaksi pembakaran memang melibatkan oksigen berikut. Klik saja link nya!
Tetapi tahukah kamu sebelum fakta diatas terungkap, ada teori yang sangat populer dan dipercayai oleh banyak ahli kimia dahulunya tentang reaksi pembakaran yang disebut dengan teori phlogiston (flogiston). Ini merupakan teori kuno tentang reaksi pembakaran yang sangat menarik untuk kita pelajari, terutama kekeliruan dalam teorinya.
Bacalah penjelasan dibawah ini.
Apa itu phlogiston?
Dalam teori phlogiston dikatakan bahwa benda apa saja yang bisa terbakar mengandung zat yang mirip dengan api yang disebut dengan phlogiston. Phlogiston ini akan dilepaskan ke udara saat reaksi pembakaran terjadi.
Oleh karena phlogiston yang terkandung dalam bahan yang dibakar dilepaskan ke udara selama reaksi pembakaran, maka massa zat setelah reaksi akan jauh lebih kecil dibandingkan massa zat sebelum reaksi pembakaran terjadi. Fakta ini sepertinya benar adanya.
Contohnya adalah pada reaksi pembakaran kayu. Kayu adalah bahan yang mudah terbakar dan pastinya mengandung banyak sekali partikel phlogiston (menurut teori ini). Kayu sebelum dibakar tentu memiliki massa yang besar.
Ketika reaksi pembakaran terjadi, phlogiston dalam kayu akan dilepaskan ke udara dalam jumlah yang besar. Akibatnya, massa kayu berkurang. Hasil pembakaran berupa arang memang memiliki massa yang jauh lebih kecil dibandingkan massa kayu semula.
Nah, berdasarkan fakta inilah ahli kimia pendukung teori ini berkesimpulan bahwa phlogiston itu adalah partikel nyata dan memang ada dalam bahan apapun yang bisa dibakar.
Siapa ahli kimia yang mengemukakan teori ini?
Phlogiston berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah “terbakar”. Orang pertama yang menggunakan istilah ini adalah seorang ahli kimia Jerman bernama Johann Joachim Becher dalam bukunya yang berjudul “Physica Subterranea”.
JJ Becher. Sumber gambar : wikimediacommons.org |
Sejak dipublikasikan, teori ini menjadi sangat terkenal ke seluruh dunia. Banyak ahli kimia yang mempercayainya karena teori ini didukung oleh fakta seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Kenapa teori ini terbukti tidak benar?
Walaupun dipercayai oleh banyak ahli kimia, tetapi teori phlogiston ternyata tidak bisa diterapkan untuk menjelaskan berbagai fenomena dalam reaksi pembakaran. Salah satunya adalah reaksi pembakaran magnesium.
Ketika logam magnesium dibakar, ternyata massa zat setelah reaksi jauh lebih besar dibandingkan massa zat sebelum reaksi. Fakta ini tentunya sangat bertentangan dengan apa yang dikemukakan dalam teori phlogiston.
Ahli kimia pendukung teori phlogiston bersatu padu untuk menjelaskan fakta ini. Mereka tentu tidak mau teori ini jatuh dan terbukti tidak benar. Mereka mengatakan bahwa ada partikel phlogiston yang bermassa negatif sehingga ketika reaksi pembakaran terjadi, massa zat bukannya berkurang tetapi malah bertambah.
Tetapi tetap tidak ada bukti pasti yang bisa mereka tunjukkan agar pendapat tersebut dapat dipercayai.
Kemudian datanglah seorang ahli kimia bernama Antoine-Laurent Lavoisier yang akhirnya meruntuhkan kejayaan teori phlogiston. Ia menjadi terkenal ke seluruh dunia dan menjadi bapak kimia modern, karena berhasil menjelaskan fakta tentang reaksi pembakaran melalui percobaan.
Bagaimana Lavoisier menjelaskan tentang reaksi pembakaran?
Menurut Lavoisier, reaksi pembakaran adalah reaksi yang melibatkan gas oksigen. Oksigen, walaupun berwujud gas ternyata juga memiliki massa tertentu dan dapat diukur jika kita masukkan ke dalam ruang tertutup.
Oleh karena magnesium mengikat sejumlah oksigen yang ada di udara, maka massa nya menjadi bertambah. Jika awalnya kita sudah mengetahui bahwa reaksi pembakaran magnesium juga melibatkan oksigen, maka massa zat sebelum reaksi akan sama dengan massa zat setelah reaksi.
Fakta ini akhirnya dirumuskan Lavoisier dalam hukumnya kekekalan massa miliknya. Jika kalian ingin mengetahui lebih lanjut tentang hukum ini baca disini ya.
Kesimpulan
Setelah bertahan lebih dari satu abad, akhirnya terbukti sudah bahwa teori phlogiston yang dikemukakan oleh JJ Becher tidaklah benar. Nah begitulah ilmu pengetahuan teman – teman, yang selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Teori lama yang memiliki banyak kelemahan akan digantikan oleh teori baru yang menyempurnakan.
Kalian juga bisa lo jadi ahli kimia dengan teori sendir. Makanya rajin – rajinlah belajar dan baca terus artikel di blog avkimia.com ya!
Posting Komentar untuk "Apa Itu Teori Phlogiston?"