Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Klasifikasi Pada Makhluk Hidup

Makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan, ada dalam bentuk yang sangat beragam. Mereka juga memiliki sifat dan cara hidup yang unik dan berbeda dengan makhluk hidup lainnya.

Tetapi, antara satu makhluk hidup dengan makhluk hidup lain juga memiliki kesamaan. Misalnya, pohon pisang dan pohon palem memiliki bentuk batang dan daun yang sama. Tetapi, batang pohon pisang lunak karena mengandung banyak air sedangkan batang pohon palem keras.

Mempelajari hewan dan tumbuhan satu – persatu adalah pekerjaan yang mustahil. Hal ini disebabkan karena jumlah mereka sangatlah banyak. Untuk mempermudah mempelajari keanekaragaman makhluk hidup tersebut, para ahli telah melakukan pengelompokan makhluk hidup.

Pengelompokan makhluk hidup itulah yang kia sebut dengan klasifikasi.

Tujuan utama klasifikasi adalah :
Untuk menyederhanakan objek biologi (makhluk hidup) sehingga lebih mudah dipelajari.

Cabang bilogi yang mempelajari tentang klasifikasi makhluk hidup disebut dengan taksonomi.

Selain tujuan utama diatas, pengelompokkan makhluk hiup juga bertujuan untuk :

  1. Mendeskripsikan ciri-ciri khusus yang hanya dimiliki oleh suatu mahkluk hidup yang menjadi pembeda dengan makhluk hidup lainnya.
  2. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya
  3. Mengathui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup.
  4. Mengetahui tingkatevolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatan.

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup.
Sistem klasifikasi pada makhluk hidup dibedakan menjadi 4 bagian besar yaitu :
a. Sistem Praktis
Dasar pengelompokkan MH : Berdasarkan persamaan kegunaan makhluk hidup tersebut. Misalnya apakah MH tersebut dapat dimakan atau tidak, dapat digunakan untuk obat atau tidak, menghasilkan buah atau tidak, menghasilkan serat atau tidak dan lain sebagainya.

Penganut sistem klasifikasi praktis : St Augustine (abad ke-4 SM)

b. Sistem Artifisial
Dasar pengelompokkan MH : Berdasarkan persamaan ciri yang ditetapkan oleh peneliti, misalnya persamaan kuran, bentuk dan habitat MH.

Penganut sistem klasifikasi artifisial : Aristoteles dan Theophratus (370 SM)

c. Sistem Natural
Dasar pengelompokkan MH : Berdasarkan persamaan ciri struktur tubuh eksternal (morfologi) dan struktur tubuh internal (anatomi).

Penganut sistem klasifikasi natural : Carolus Linnaeus (Abad ke – 18)

Menurut Linnaeus, setiap jenis/tipe/kelompok makhluk hidup mempunyai bentuk spesies yang berbeda. Jika sejumlah MH memiliki ciri yang sama, menurut Linnaeus MH tersebut pasti berasal dari spesies yang sama.

Dengan menggunakan sistem ini Linnaeus berhasil mengenal lebih dari 10.000 jenis tumbuhan dan 4.00 jenis hewan.

d. Sistem Modern
Dasar pengelompokkan MH : mengklasifikasikan MH berdasarkan taksonomi modern. Taksonomi modern ini didasarkan pada pendapat Linnaeus tetapi dikembangkan lagi sehingga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Ciri 1 :Persamaan struktur tubuh MH dapat diketahui secara langsung (eksternal) maupun internal (pembedahan).

Ciri 2 :Menggunakan biokimia perbandingan.
Biokimia perbandingan maksudnya adalah dengan menganalisis kandungan biokimia dalam tubuh MH kemudian mencari kecocokan dengan MH lain.

Contoh :
Awalnya, kepiting rajungan dikelompokkan ke dalam spesies rajungan (crab) karena bentuk tubuhnya. Tetapi setelah darah rajungan dianalisis (secara bokimia), ternyata rajungan lebih mirip dengan spesies laba-laba.

Oleh karena itu, berdasarkan biokimia perbandingannya, rajungan dikelompokkan dalam spesies laba-laba.

Ciri 3 : Berdasarkan genetika modern.
Gen adalah materi genetik yang terkandung dalam setiap MH. Gen bisa digunakan untuk mengklasifikasikan MH melalui analisis persamaan gen. pengelompokkan MH berdasarkan gen jauh lebih akuran dibandingkan dua cara diatas.

Uurutan Kalsifikasi
Berikut adalah urutan klasifikasi (dari tingat terbesar – terkecil) pada MH.

Jika diperlukan, diantara tingkatan – tingkatan tersebut juga terdapat sub – sub seperti subkingdom, subfilum, subordo dan subspesies. Spesies bukan tingkatan paling rendah, karena dibawahnya masih ada dua tingkatan lagi yaitu varietas dan strain.

Semakin rendah tingkatan klasifikasi, hubungan kekerabatan antar MH akan semakin jelas dan sebaliknya semakin tinggi tingkatan klasifikasi, hubungan kekerabatan antar MH sekain kurang jelas.

Berikut contoh sistem klasifikasi sesuai dengan urutan diatas.

Pisang
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subfilum : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Zingiberales
Genus : Musa
Spesies : Musa Paradisiaca

Tata Nama Binomial
Setiap MH memiliki nama ilmiah yang merupakan penyebutan dari spesiesnya dalam bahasa Latin. Nama MH tersebut harus belaku secara universal di semua negara. Oleh karena itu, pemberian nama Latin ini diatur oleh ketentuan/kode internasional.

Tata nama tumbuhan diatur dalam Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature) dan tata nama hewan diatur dalam Kode Internasional Tata Nama Hewan (Internasional Code of Zoological Nomenclature).

Untuk organisme lain seperti bakteri, penamaannya selain mengancu pada dua kode diatas, juga harus berdasarkan Internasional Code of Bacterial Nomenclature.

Nama ilmiah (nama baku) yang sesuai dengan sistem binomial nomenclature pertama kali diusulkan oleh Carolus Linnaeus.

Aturan dalam sistem binomial nomenclature :

  1. Spesies terdiri dari dua kata dimana kata pertama menunjukkan genus dan kata kedua menunjukkan sifat pesifiknya.
  2. Kata pertama diawali dengan huruf besar sedangkan kata kedua ditulis dengan huruf kecil.
  3. Menggunakan bahasa Latin (bahasa ilmiah) yang dicetak miringatau digaris bawah.

Contoh :
Belalang memiliki nama ilmiah : Schistocerca americana, berarti :
Genus : Schistocerca
Spesies : americana

Jika suatu MH memiliki subspesies, maka nama subsesiesnya itu ditulis sebagai kata ketiga (nama ilmiah MH yang memiliki subspesises adalah tiga kata). Tetapi, mengacu pada aturan binomial nomenclature no 1, maka kata kedua dan ketiga dari nama ilmiah MH yang memiliki subspesies disatukan.

Contoh :
Genus : Hibiscus
Spesies : Rosa
Subspesies : sinensis

Nama ilmiah : Hibiscus rosa-sinensis atau Hibiscus rosasinensis.

Selain aturan – aturan diatas, terdapatjugaaturan lain pada sistem binomial nomenclature yaitu sebagai berikut :

  1. Nama famili (suku) diambil dari nama spesimen acuan. 
  2. Nama famili untuk tumbuhan diberi sesuai aturan : nama spesismen acuan + aceae dan nama famili untuk hewan diberi sesuai aturan : nama spesimen acuan + idae.

Contoh :
Nama famili tumbuhan Musacease berasal dari nama spesimen acuan Musa + akhiran aceae.
Nama famili hewan canidae berasal dari nama spesimen acuan Cani + akhiran idae.

3. Nama kelas diakhiri dengan kata nae dan nama ordo diakhiri dengan akhiran ales.

Posting Komentar untuk "Klasifikasi Pada Makhluk Hidup"